Ads 468x60px

Goresan Jemariku :)

Minggu, 31 Maret 2013

Fotografi | Sejarah Fotografi





Fotografi 


Fotografi (dari bahasa Inggris: photography, yang berasal dari kata Yunani yaitu "photos" : Cahaya dan "Grafo" : Melukis/menulis.) adalah proses melukis/menulis dengan menggunakan media cahaya. Sebagai istilah umum, fotografi berarti proses atau metode untuk menghasilkan gambar atau foto dari suatu obyek dengan merekam pantulan cahaya yang mengenai obyek tersebut pada media yang peka cahaya. Alat paling populer untuk menangkap cahaya ini adalah kamera. Tanpa cahaya, tidak ada foto yang bisa dibuat.
Prinsip fotografi adalah memokuskan cahaya dengan bantuan pembiasan sehingga mampu membakar medium penangkap cahaya. Medium yang telah dibakar dengan ukuran luminitas cahaya yang tepat akan menghailkan bayangan identik dengan cahaya yang memasuki medium pembiasan (selanjutnya disebut lensa).
Untuk menghasilkan intensitas cahaya yang tepat untuk menghasilkan gambar, digunakan bantuan alat ukur berupa lightmeter. Setelah mendapat ukuran pencahayaan yang tepat, seorang fotografer bisa mengatur intensitas cahaya tersebut dengan mengubah kombinasi ISO/ASA (ISO Speed), diafragma (Aperture), dan kecepatan rana (speed). Kombinasi antara ISO, Diafragma & Speed disebut sebagai pajanan (exposure).
Di era fotografi digital dimana film tidak digunakan, maka kecepatan film yang semula digunakan berkembang menjadi Digital ISO.


Sejarah Fotografi

Kronologi perkembangan fotografi dimulai dengan:
  • 1826 – Joseph Nicéphore Niépce membuat foto pemandangan yang pertama, yang dibuat dengan pajanan selama 8 jam.
  • 1835 – William Henry Fox Talbot menemukan proses fotografi yang baru
  • 1839 – Louis Daguerre mematenkan daguerreotype.
  • 1839 – William Henry Fox Talbot menemukan proses positif/negatif yang disebut Tabotype.
  • 1839 – John Herschel menemukan film negatif dengan larutan Sodium thiosulfate/hyposulfite of soda yang disebut hypo atau fixer.
  • 1851 – Frederick Scott Archer memperkenalkan proses koloid.
  • 1854 – André Adolphe Eugène Disdéri memperkenalkan rotating camera yang dapat merekam 8 citra berbeda dalam satu film. Setelah hasilnya dicetak di atas kertas albumen, citra tersebut dipotong menjadi 8 bagian terpisah dan direkatkan pada lembaran kartu. Kartu ini menjadi inspirasi penyebutan (fr:carte de visite, bahasa Inggris:visiting card)
  • 1861 – Foto berwarna yang pertama diperkenalkan James Clerk Maxwell.
  • 1868 – Louis Ducos du Hauron mematenkan metode subtractive color photography.
  • 1871 – Richard Maddox menemukan film fotografis dari emulsi gelatin.
  • 1876 – F. Hurter & V. C. Driffield memulai evaluasi sistematis pada kepekaan emulsi fotografis yang kemudian dikenal dengan istilah sensitometri.
  • 1878 – Eadweard Muybridge membuat sebuah foto high-speed photographic dari seekor kuda yang berlari.
  • 1887 – Film Seluloid yang pertama diperkenalkan.
  • 1888 – Kodak memasarkan box camera n°1, kamera easy-to-use yang pertama.
  • 1887 – Gabriel Lippmann menemukan reproduksi warna pada foto.
  • 1891 – Thomas Alva Edison mematenkan kamera kinetoskopis (motion pictures).
  • 1895 – Auguste and Louis Lumière menemukan cinématographe.
  • 1898 – Kodak memperkenalkan produk kamera folding Pocket Kodak.
  • 1900 – Kodak memperkenalkan produk kamera Brownie.
  • 1901 – Kodak memperkenalkan 120 film.
  • 1902 – Arthur Korn membuat teknologi phototelegraphy;; yang mengubah citra menjadi   sinyal yang dapat ditransmisikan melalui kabel. Wire-Photosdigunakan luas di daratan Eropa pada tahun 1910 dan transmisi antarbenua dimulai sejak 1922.
  • 1907 – Autochrome Lumière merupakan pemasaran proses fotografi berwarna yang pertama.
  • 1912 – Vest Pocket Kodak menggunakan 127 film.
  • 1913 – Kinemacolor, sebuah sistem "natural color" untuk penayangan komersial, ditemukan.
  • 1914 – Kodak memperkenalkan sistem autographic film.
  • 1920 – Yasujiro Niwa menemukan peralatan untuk transmisi phototelegraphic melalui gelombang radio.
  • 1923 – Doc Harold Edgerton menemukan xenon flash lamp dan strobe photography.
  • 1925 – Leica memperkenalkan format film 35mm pada still photography.
  • 1932 – Tayangan berwarna pertama dari Technicolor bertajuk Flowers and Trees dibuat oleh Disney.
  • 1934 – Kartrid film 135 diperkenalkan, membuat kamera 35mm mudah digunakan.
  • 1936 – IHAGEE membuat Ihagee Kine Exakta 1. Kamera SLR 35mm yang pertama.
  • 1936 – Kodachrome mengembangkan multi-layered reversal color film yang pertama.
  • 1937 – Agfacolor-Neu mengembangkan reversal color film.
  • 1939 – Agfacolor membuat "print" film modern yang pertama dengan materi warna positif/negatif.
  • 1939 – View-Master memperkenalkan kamera stereo viewer.
  • 1942 – Kodacolor memasarkan "print" film Kodak yang pertama.
  • 1947 – Dennis Gabor menemukan holography.
  • 1947 – Harold Edgerton mengembangkan rapatronic camera untuk pemerintah Amerika Serikat.
  • 1948 – Kamera Hasselblad mulai dipasarkan.
  • 1948 – Edwin H. Land membuat kamera instan yang pertama dengan merk Polaroid.
  • 1952 – Era 3-D film dimulai.
  • 1954 – Leica M diperkenalkan.
  • 1957 – Asahi Pentax memperkenalkan kamera SLRnya yang pertama.
  • 1957 – Citra digital yang pertama dibuat dengan komputer oleh Russell Kirsch di U.S. National Bureau of Standards (sekarang bernama National Institute of Standards and Technology, NIST).
  • 1959 – Nikon F diperkenalkan.
  • 1959 – AGFA memperkenalkan kamera otomatis yang pertama, Optima.
  • 1963 – Kodak memperkenalkan Instamatic.
  • 1964 – Kamera Pentax Spotmatic SLR diperkenalkan.
  • 1973 – Fairchild Semiconductor memproduksi sensor CCD skala besar yang terdiri dari 100 baris dan 100 kolom.
  • 1975 – Bryce Bayer dari Kodak mengembangkan pola mosaic filter Bayer untuk CCD color image sensor.
  • 1986 – Ilmuwan Kodak menemukan sensor dengan kapasitas megapiksel yang pertama.
  • 2005 – AgfaPhoto menyatakan bangkrut. Produksi film konsumen bermerk Agfa terhenti.
  • 2006 – Dalsa membuat sensor CCD dengan kapasitas 111 megapixel, yang terbesar saat itu.
  • 2008 – Polaroid mengumumkan penghentian semua produksi produk film instan berkaitan dengan semakin berkembangnya teknologi citra digital.
  • 2009 - Kodak mengumumkan penghentian film Kodachrome.
Nah Kalau tadi saya sudah memberi tahu tentang pengertian fotografi dan sejarah fotografi, sekarang saya akan memberi tahu tentang Jenis kamera dan Tips Teknik memotret foto

Jenis Kamera



Tips Teknik Memotret Foto Untuk Pemula

Mungkin banyak yang bertanya-tanya apakah ada cara belajar fotografi yang gampang dan mudah dipahami? Apakah Ada tips, trik atau teknik fotografi untuk yang  baru belajar? Pertanyaan-pertanyaan ini yang sering ditanyakan oleh pemula. Sebenarnya banyak buku dan website  mengenai fotografi dimana penjelasan teknik fotografi dari ISO, Aperture, shutter speed dll cukup lengkap namun yang menjadi kendala adalah dari mana harus memulai belajar fotografi. Belajar tentunya tidak bisa langsung bisa, tentunya ada langkah-langkah yang harus dipahami. Bagi sebagian orang seperti saya pembelajaran haruslan runtun satu persatu ada alurnya. Berikut ada langkah-langkah yang bisa membantu untuk belajar teknik fotografibagi pemula yag kebingungan harus memulai dari mana:
  1. teknik fotografi
    Seorang anak yang mencoba belajat memotret
    Pahami dahulu bagaimana kamera anda bekerja. Coba pelajari tombol-tombol di kamera anda, pahami fungsinya apa saja. Jangan lupa menu dan fungsi-fungsi juga, buku petunjuk atau manual book jangan sampai hilang karena buku ini penting bila kamera anda berbeda dengan kamera yang banyak digunakan orang. Aplikasiteknik fotografi apapun tanpa penguasaan kamera DSLR hasilnya tidak akan maksimal. Sekedar pengetahun ada baiknya anda juga mengerti perbedaan antara kamera DSRL yang professional dan pemula, kenapa? Sebenarnya prinsip kamera semua sama namun ada beberapa fasilitas pada kamera DSLR professional yang tidk ada di kamera pemula.  Anda bisa membaca kembali post anatomi Kamera DSLR dan perbedaan kamera DSLR Pemula dan Proffesional
  2. Selanjutnya adalah mempelajari tiga kompenen penting dalam fotografi yang sering disebut juga segitiga eksposure yaitu: shutter speed, aperture, dan ISO. Terkadang beberapa fotografer melakukan kombinasi dari ketiga hal diatas dan menciptakan teknik fotografi yang baru. Semisal shutter speed rendah dengan Aperture besar untuk memotret low light dimalam hari.
a.  Shutter speed
Penjelasan secara teoritis silakan baca post tiga komponen penting fotografi-shutter speed. Coba anda bermain-main sekaligus bereksperimen dengan shutter speed, tau dimana letak pengaturan shutter speed kan? Silahkan baca kembali tulisan diatas. Anda bisa bereksperimen di jalan, foto salah satu kendaraan yang lewat dari pinggir jalan dengan penaturan  shutter speed 1/30 dan 1/100. Bandingkan hasilnya diantara dua kecepatan shutter.  Pada angkan 1/30 hasil nya, objek foto akan seperti berkelebat sedangkan pada angka 1/100 objek foto tampak seperti membeku.
b. Aperture
Penjelasan teoritisnya bisa dilihat pada post tiga komponen penting fotografi: Aperture. Aperture dalam bahasa Indonesia berarti diafragma kamera. Aperture juga erat kaitannya dengan Depth of Field (Dof), silahkan baca teorinya di Memahami Depth of Field. Semakin besar anda membuka aperture dan ditandai dengan angka bukaan yang kecil f 1.8, f 2.4, maka semakin banyak cahaya yang masuk kedalam sensor/film. Silahkan anda mencoba memfoto objek dengan bukaan aperture yang besar semisal dengan f 1.8 maka hasilnya background akan blur dan tajam hanya pada objek saja biasanya teknik fotografi ini digunakan untuk fotografi portrait. Berbeda bila anda memfoto dengan aperture dengan bukaan kecil seperti f 8/ f 11 maka seluruh bagian foto akan tampak tajam dan teknik fotografi ini cocok untuk fotografi landscape.
c. ISO
Sebelum saya memberikan contoh dalam penggunaan ISO ada baiknya membaca post tiga komponen penting dalam fotografi: ISO. Hal ini penting bagi pemula karena penggunaan ISO sangat terkaitan dengan noise, dengan ISO yang rendah maka noise di foto akan berkurang dan ini salah satu tips mengatasi noise. Anda bisa bereksperimen dengan mengubah-ubah angka ISO di kamera anda pada saat memotret foto. Hasilnya silahkan lihat anda memperbesar foto di computer, Akan terlihat perbedaan  yang jelas. Salah satu teknik untuk mendapatkan foto yang tajam anda harus mengkombinasikan ISO yang rendah dengan aperture bukaan besar, teknik fotografi ini mudah digunakan dan diaplikasn dan hasilnya memuaskan.
  1. teknik fotografi
    Dalam sebuah foto ada baiknya menambah prinsip seni, unsur visual, sudut pandang dan the rule of third agar menghasilkan komposisi foto yang menarik
    Langkah ketiga yang perlu anda pelajari agar foto anda terlihat menarik adalah adalah memahami
Beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah keseimbangan dan tekanan. Prinsip keseimbangan ini sangat penting karena tanpa keseimbangan yang tepat maka foto akan terlihat ganji. Aplikasi dari teknik fotografi ini semisal  anda menemukan  beberapa  obyek batu yang berwarna ringan (terang) lalu anda hendak memotretnya maka yang diperlukan adalah anda perlu mencari sesuatu yang gelap untuk mengimbanginya dengan bebatuan yang gelap. Selanjutnya menimbulkan pada tekanan pada foto anda, ada beberapa macam cara seperti objek yang kontras, mengisolasi objek, penempatan objek yang tepat, objek yang menampilkan irama, dan kesatuan dari cara-cara yang sudah dijelaskan sebelumnya.
Didalam foto sebaik anda menambahkan unsur visual seperti garis, bidang (shape), warna, texture, dan pola. Foto akan terasa hampa bila dan kosong bila anda tidak beberapa unsur tersebut, tidak perlu semuanya paling tidak satu terutama untuk fotografi landscape kaena hal ini yang menjadikan foto tersebut menarik.
teknik fotografi
Aplikasi The Rule Of third membuat foto menjadi lebih menarik
Memilih juga sangat penting, persepektif juga dapat ditimbulka memalui pengambilan sudut foto. Ada beberapa cara untuk pengambilan sudut foto dan  semuanya akan menampilkan karakteristik foto yang berbeda-beda. Sudut pengambilan gambar  tergantung fotografer menempatkan kamera untuk mengambil sebuah objek. Pengambilan sudut gambar akan sangat mempengaruhi pemirsa yang melihat foto anda  sekaligus teknik fotografi ini akan mempengaruhi hasil foto yang anda ambil. Sudut pengambilan ada beberapa macam seperti profile angle, full frontal angle, side angle, high angle, low angle, dan back angle. Untuk memahami bagaimana aplikasi teknik fotografi ini silahkan baca kembali post saya Tips Teknik Fotografi Pengambilan Sudut Foto.
The rule of third adalah cara menempatkan objek di dalam frame foto. The rule of thirds adalah pembagian bidang gambar menjadi tiga bagian vertical dan tiga bagian horizontal. Garis-garis vertical dan horizontal ini merupakan  posisi penempatan objek paling ideal. Dalam dunia fotografi, the Rule of third atau aturan 1/3 bagian adalah petunjuk bagaimana caranya memposisikan obyek di 1/3 bagian dalam foto agar lebih enak dilihat. Teknik fotografi ini juga termasuk dalam mengkomposisikan obyek kedalam satu frame, dengan posisi yang tepat mengikuti acuan aturan sepertiga itu. Aturan ini mungkin lebih tepat disebut sebagai panduan, sebab tidak selamanya penempatan obyek di 1/3 bagian foto itu nikmat untuk dilihat bergantung dari obyek dan hasil foto yang dihasilkan oleh fotografer.

Kinetoscope Camera


Kinetoscope Camera




Kinetoscope adalah sebuah film perangkat pameran awal. Kinetoscope ini dirancang untuk film untuk dilihat oleh satu orang pada suatu waktu melalui jendela penampil lubang di bagian atas perangkat. Kinetoscope itu tidak sebuah proyektor film, tetapi memperkenalkan pendekatan dasar yang akan menjadi standar untuk semua proyeksi sinematik sebelum munculnya video, dengan menciptakan ilusi gerakan dengan menyampaikan strip film berlubang bantalan gambar berurutan atas sumber cahaya dengan tinggi kecepatan rana. Pertama dijelaskan secara konseptual oleh AS penemu Thomas Edison pada tahun 1888, itu sebagian besar dikembangkan oleh karyawan nya William Kennedy Laurie Dickson antara 1889 dan 1892. Dickson dan timnya di laboratorium Edison juga merancang Kinetograph, sebuah gambar kamera gerak inovatif dengan intermiten cepat, atau berhenti-dan-pergi, gerakan film, film untuk memotret dalam percobaan rumah dan, pada akhirnya, presentasi Kinetoscope komersial.



Pada tanggal 14 April 1894, pameran komersial pertama dari film dalam sejarah diberikan di New York City, dengan menggunakan sepuluh Kinetoscopes. Instrumental untuk kelahiran budaya film Amerika, Kinetoscope juga memiliki dampak yang besar di Eropa, pengaruhnya luar negeri itu diperbesar oleh keputusan Edison tidak mencari paten internasional pada perangkat, memfasilitasi imitasi berbagai dan perbaikan pada teknologi. Pada tahun 1895, Edison memperkenalkan Kinetophone, yang bergabung Kinetoscope dengan fonograf silinder. Film proyeksi, yang awalnya meremehkan Edison secara finansial, segera digantikan Model pameran individu Kinetoscope itu. Banyak dari sistem proyeksi yang dikembangkan oleh perusahaan Edison di tahun kemudian akan menggunakan nama Kinetoscop.

Large Format Camera


Large Format Camera




Large Format mengacu pada format pencitraan dari 4 × 5 inci (102 × 127 mm) atau lebih besar. Format besar lebih besar dari "medium format", 6 × 6 cm (2 ¼ × 2 ¼ inci) atau 6 × 9 cm (2 ¼ × 3 ½ inci) ukuran Hassel blad, Rollei, Kowa, dan kamera Pentax (menggunakan 120 - dan 220 -roll film), dan jauh lebih besar daripada 24 × 36 mm (~ 1.0x1.5 inci) frame 35 mm Format.
Keuntungan utama dari format besar, film atau digital, adalah resolusi yang lebih tinggi. Sebuah gambar 4 × 5 inci memiliki sekitar 16 kali daerah, dan dengan demikian 16 × resolusi total, dari kerangka 35 mm.
Dalam fotografi awal, format besar itu semua ada, dan sebelum yang umum, itu normal untuk hanya membuat 1:1 mencetak kontak dari 4×5, 5 × 7, atau 8 × 10 inch negatif.

Format besar yang paling umum adalah 4 × 5 inci, yang merupakan ukuran kamera yang umum digunakan pada 1930-1950-an, seperti Kecepatan Grafis, Crown Grafis, Graphlex, dan banyak lainnya. Format yang kurang umum termasuk piring kuartal, 5 × 7 inci, 8 × 10 inci (20 × 25 cm), ukuran banyak tua tahun 1920-an kamera Kodak (berbagai versi Kodak 1, 2, 3, dan kamera Guru View, untuk banyak kemudian Sinar dll monorail studio kamera), 11 × 14 inci, 16 × 20 inci, 20 × 24 inci, berbagai panorama atau "perjamuan" format (seperti 4 × 10 dan 8 × 20 inci), serta format metrik, termasuk 9 × 12 cm, 10 × 13 cm, dan 13 × 18 cm, dan berbagai macam tua dan saat ini format gambar udara dari 9 × 9 inci, 9 × 18 inci (K17, K18, K19, k22 dll)), dengan menggunakan rol film dari 4, 5, 6, 7, 9, atau 10 inci lebar atau sensor digital, tampilan kamera (termasuk kamera lubang jarum), reproduksi / proses kamera, dan x-ray film dan kamera digital.


Di atas 8 × 10 inci, format yang sering disebut sebagai Large Format Ultra (ULF) dan mungkin 11 × 14, 16 × 20, 20 × 24 inci, atau sebagai besar sebagai film, piring, sensor, atau kamera yang tersedia. Banyak format besar (misalnya, 24 × 24, 36x36, 48x48 inci) adalah kamera horisontal yang dirancang untuk membuat negatif besar untuk pencetakan kontak ke pers cetak-piring.

Lomo Camera


Lomo Camera





Lomografi adalah sebuah bagian dari fotografi analog yang 
menggunakan kamera khusus yang disebut dengan kamera LOMO. LOMO sendiri merupakan singkatan dari Leningradskoye Optiko-Mechanichesckoye Obyedinenie (Penggabungan Mekanis Optik Leningrad). Nama tersebut merupakan sebuah pabrik lensa yang berada di St. PetersburgRusia. Pabrik tersebut memproduksi lensa untuk alat-alat kesehatan seperti lensa mikroskop, alat-alat persenjataan, dan lensa kamera. Di Austria, pabrik tersebut menjadi inspirasi bagi sebuah merek dagang komersil untuk produk-produk yang berkaitan dengan fotografi. Merek dagang tersebut bernamaLomographische AG. Kamera lomografi masih menggunakan film gulung sehingga disebut sebagai fotografi analog sedangkan fotografi modern sudah menggunakan teknologi digitaldalam pengambilan gambar maupun pengolahannya. Orang-orang yang menyukai lomografi dan yang suka mengambil foto menggunakan kamera LOMO disebut sebagai "lomografer".

Medium Format Camera



Medium Format Camera




Medium format secara tradisional disebut format film di masih fotografi dan kamera terkait dan peralatan yang digunakan bahwa film. Umumnya, istilah berlaku untuk film dan kamera digital yang merekam gambar pada media yang lebih besar dari 24 sebesar 36 mm (full-frame) (digunakan dalam fotografi 35 mm), tetapi lebih kecil dari 4 x 5 inci (yang dianggap format besar fotografi).

Dalam fotografi digital, medium format mengacu baik untuk kamera diadaptasi dari media menggunakan format film fotografi, atau kamera memanfaatkan sensor lebih besar dari sebuah frame film 35 mm. Seringkali, kamera medium format film dapat dipasang dengan punggung kamera digital, mengkonversi mereka ke kamera digital, namun beberapa punggung digital, model terutama awal, menggunakan sensor lebih kecil dari frame film 35 mm. Pada 2006, medium format sensor fotografi digital yang tersedia dalam ukuran hingga 36 dengan 48 mm, dengan 39 juta piksel untuk digunakan dengan yang umum tersedia kamera medium format profesional. Sensor yang digunakan dalam aplikasi khusus seperti satelit mata-mata bisa menjadi lebih besar, tetapi tidak selalu digambarkan sebagai peralatan format medium.

Dalam dunia film, medium format telah pindah dari menjadi ukuran film yang paling banyak digunakan (1890 melalui 1950) ke ceruk yang digunakan oleh para profesional dan beberapa penggemar amatir, tapi satu yang masih jauh lebih populer daripada format besar. Dalam digital, medium format adalah pilihan yang sangat mahal, dengan merek khas Format ritel serba digital baru media kamera seharga $ 10.000 (Mamiya ZD) menjadi $ 32.000 (H3D Hasselblad) pada tahun 2008.

Sementara pada satu waktu atau lain berbagai ukuran film format medium diproduksi, saat ini sebagian besar film format medium diproduksi dalam 6 cm 120 dan 220 ukuran. Ukuran lain terutama diproduksi untuk digunakan dalam kamera antik, dan banyak orang menganggap 120/220 film ketika format medium term digunakan.

Aturan umum dengan kamera konsumen sebagai lawan khusus industri, ilmiah, dan peralatan militer adalah kamera lebih dijual, otomatisasi yang lebih canggih fitur yang tersedia. Kamera medium format yang dibuat sejak tahun 1950 umumnya kurang otomatis dari kamera kecil yang dibuat pada saat yang sama, memiliki kualitas gambar yang tinggi sebagai keuntungan utama mereka. Misalnya, autofocus menjadi tersedia di konsumen kamera 35 mm pada tahun 1977, tetapi tidak mencapai medium format sampai akhir 1990-an, dan tidak pernah tersedia dalam kamera format konsumen yang besar.

Point and Shoot Camera


Point and Shoot Camera



Suatu point and shoot kamera, juga disebut kamera kompak, adalah kamera masih dirancang terutama untuk operasi sederhana. Penggunaan paling fokus lensa autofocus gratis atau untuk memfokuskan, sistem otomatis untuk menetapkan pilihan eksposur, dan memiliki unit flash built in
Point and shoots yang sejauh ini merupakan jenis terlaris kamera terpisah, berbeda dengan ponsel kamera. Mereka populer dengan orang-orang yang tidak menganggap diri mereka fotografer tapi ingin yang mudah digunakan kamera untuk liburan, pesta, reuni, dan acara lainnya.
"point and shoot" Istilah ini juga digunakan untuk beberapa camcorder, model digital sangat murah berdasarkan MiniDV atau DVD media, untuk menggambarkan operasi sepenuhnya otomatis (autofocus, gain kontrol otomatis dan white balance, dll) dengan interaksi operator minimal kecuali untuk zoom kontrol dan tombol perekaman.

Prosumer Camera


Prosumer Camera




Prosumer adalah portmanteau dibentuk oleh kontraktor baik profesional kata atau, lebih jarang, produsen dengan konsumen kata. Misalnya, prosumer kelas kamera digital adalah "silang" antara konsumen kelas kelas dan profesional.
Istilah ini juga diambil pada makna beberapa bisnis dan ekonomi: sektor bisnis melihat prosumer (professional-konsumen) sebagai segmen pasar, sedangkan ekonom melihat prosumer (produsen-konsumen) sebagai memiliki kemandirian yang lebih besar dari ekonomi mainstream. Ini makna yang berbeda sering menggambarkan orang yang sama, konsumen biasa tertarik pada produk. Hal ini juga dapat digunakan untuk membedakan konsumen pasif tradisional dengan peran aktif konsumen lebih terlibat dalam proses, seperti aktivitas dalam desain atau kustomisasi produk akhir.

Rapatronic Camera


Rapatronic Camera


Kamera rapatronic (kontraksi Elektronik Rapid Action) adalah kamera berkecepatan tinggi yang mampu merekam gambar diam dengan waktu paparan sesingkat 10 nanodetik (10 miliar detik).
Kamera ini dikembangkan oleh Harold Edgerton pada 1940-an dan pertama kali digunakan untuk memotret hal-cepat berubah dalam ledakan nuklir dalam milidetik dari pengapian.

Untuk mengatasi keterbatasan kecepatan rana mekanik kamera konvensional, kamera rapatronic menggunakan dua filter polarisasi dan sel Faraday (atau dalam beberapa varian sel Kerr). Kedua filter yang dipasang dengan sudut polarisasi mereka pada 90 ° satu sama lain, untuk memblokir semua cahaya yang masuk. Sel Faraday antara filter, yang mengubah bidang polarisasi cahaya melewatinya tergantung pada tingkat medan magnet yang diterapkan, bertindak sebagai rana ketika diberi energi pada saat yang tepat untuk jumlah yang sangat singkat, yang memungkinkan film untuk akan benar terkena.

Dalam magneto-optik jendela, bahan aktif dari sel Faraday (misalnya padat batu kaca, yang bereaksi dengan baik untuk medan magnet yang kuat) terletak di dalam sebuah kumparan elektromagnet, dibentuk oleh beberapa loop kawat tebal. Kumparan yang didukung melalui jaringan pulsa membentuk, dengan keluarnya sebuah kapasitor tegangan tinggi (misalnya 2 mikrofarad pada 1000 volt), beralih ke kumparan oleh trigatron atau thyratron a. Dalam elektro-optik jendela, bahan aktif adalah cairan, biasanya nitrobenzena, terletak di antara dua elektroda sel. Sebuah impuls singkat tegangan tinggi diterapkan untuk memutar polarisasi cahaya yang lewat.

Untuk urutan film-seperti dari kecepatan tinggi foto, seperti yang digunakan dalam fotografi tes nuklir dan termonuklir, array hingga 12 kamera dikerahkan, dengan masing-masing kamera dengan hati-hati waktunya untuk merekam kerangka waktu yang berbeda.

Rotating Line Camera


Rotating Line Camera



Rotating line camera, adalah kamera digital yang menggunakan CCD linear untuk merakit gambar digital sebagai array kamera rotates.CCD dapat terdiri dari tiga baris sensor, satu untuk setiap channel warna RGB. Lanjutan berputar kamera baris mungkin memiliki array CCD linier berganda pada pelat fokus dan dapat menangkap gambar panorama beberapa selama rotasi mereka.

Line-teknologi scan mampu menangkap data yang sangat cepat, dan pada resolusi gambar yang sangat tinggi. Biasanya kondisi ini, sehingga data gambar yang dikumpulkan dengan cepat dapat melebihi 100 MB dalam sepersekian detik. Line-scan-kamera berbasis sistem terpadu, oleh karena itu biasanya dirancang untuk merampingkan output kamera dalam rangka memenuhi tujuan sistem, menggunakan teknologi komputer yang juga terjangkau.

Line-scan kamera ditujukan untuk industri penanganan paket dapat mengintegrasikan mekanisme fokus adaptif untuk memindai enam sisi dari setiap paket persegi panjang dalam fokus, terlepas dari sudut, dan ukuran. menghasilkan 2-D gambar yang diambil bisa mengandung, namun tidak terbatas pada barcode 1D dan 2D, informasi alamat, dan setiap pola yang dapat diproses melalui metode pengolahan citra. Karena gambar 2-D, mereka juga terbaca-manusia dan dapat dilihat di layar komputer. Canggih yang terintegrasi sistem termasuk video coding, optical character recognition (OCR) dan finish-line kamera untuk olahraga kecepatan tinggi.

Panoscan adalah digital resolusi tinggi panorama berputar garis kamera, diproduksi oleh Panoscan Inc Kamera Panoscan pertama, yang disebut MK-1, yang diproduksi pada tahun 1999. Model MK-2 dan MK-3, dengan resolusi yang lebih tinggi dan kecepatan, diikuti. Panoscan menggunakan array tri-linear CCD dan merakit gambar dengan menangkap satu baris piksel sementara berputar melalui busur derajat 400. Sebuah resolusi penuh, gambar bola dapat diproduksi di bawah satu menit. Kamera ini menghasilkan gambar digital dari 9.000 oleh 65.000 piksel yang dapat dicetak pada 30 kaki (10 meter) panjangnya. Kamera menggabungkan mekanisme panci dan tidak memerlukan unit eksternal.

Kamera Obscura


Kamera Obscura





Kamera obscura (bahasa Latin; kamera untuk "melompat ruang / kamar", obscura untuk "gelap", bersama "gelap ruang / kamar"; jamak: kamera obscuras atau camerae obscurae) adalah perangkat optik yang proyek gambar sekitarnya pada layar. Hal ini digunakan dalam menggambar dan untuk hiburan, dan merupakan salah satu penemuan yang menyebabkan fotografi dan kamera. Perangkat ini terdiri dari sebuah kotak atau ruangan dengan lubang di satu sisi. Cahaya dari adegan eksternal melewati lubang dan pemogokan di permukaan di mana ia direproduksi, terbalik, tetapi dengan warna dan perspektif diawetkan. Gambar dapat diproyeksikan ke kertas, dan kemudian dapat dilacak untuk menghasilkan representasi yang sangat akurat.
Menggunakan cermin, seperti pada versi abad ke-18 biaya overhead (diilustrasikan pada bagian Riwayat di bawah), adalah mungkin untuk memproyeksikan citra sisi kanan-up. Tipe lain lebih portabel adalah kotak dengan cermin miring memproyeksikan ke kertas kalkir ditempatkan pada bagian atas kaca, gambar yang tegak dilihat dari belakang.
Sebagai lubang jarum dibuat lebih kecil, gambar lebih tajam mendapat, tapi gambar yang diproyeksikan menjadi redup. Dengan terlalu kecil lubang jarum, namun, memburuk ketajaman, karena difraksi. Beberapa obscuras kamera praktis menggunakan lensa daripada lubang jarum karena memungkinkan aperture yang lebih besar, memberikan kecerahan yang dapat digunakan dengan tetap menjaga fokus. (Lihat kamera lubang jarum untuk informasi konstruksi.)

Kamera Analog


Camera analog

Kamera Analog adalah salah satu kategori kamera yang dalam tehnik pengambilan gambarnya, masih menggunakan film seluloid. Film seluloid ini mempunyai tiga buah elemen dasar, yaitu elemen optikal yang berupa berbagai macam lensa, elemen kimia berupa film seluloid itu sendiri, serta elemen mekanik yang berupa badan dari kamera itu sendiri. Selain itu, kamera analog membutuhkan bukaan diafragma 1/f detik, sehingga cahaya yang ditangkap, bisa diterimaoleh film tersebut menjadi sebuah gambar.

Di dalam kehidupan masyarakat, kamera analog ini biasanya lebih akrab dengan sebutan kamera film. Hal ini disebabkan karena penggunaan film pada kamera tersebut, sebagai media perekam atau penyimpanannya. Film tersebut juga biasa dikenal dengan sebutan klise atau negatif.

Kebanyakan kamera analog akan bekerja dengan video capture papan / kartu. Biasanya ada panel daya / konektor yang menghubungkan kamera dalam larutan kabel (misalnya power-over-Ethernet), dengan RCA atau BNC konektor untuk video output.


Kabel menghubungkan output kamera ke papan video capture / kartu, yang biasanya disimpan di PC server Inti LinuxMCE.